Selamat Datang di MITRAEKSPEDISI.ID | jasa backlink dan muat artikel bisnis umkm
ZMedia Purwodadi

Setelah Lebaran 2025, Banyak Usaha Goyah: Kok Bisa Daya Beli Masyarakat Turun Tajam?

Daftar Isi

Setelah Lebaran 2025, Banyak Usaha Goyah: Kok Bisa Daya Beli Masyarakat Turun Tajam?



Judul: Setelah Lebaran 2025, Banyak Usaha Goyah: Kok Bisa Daya Beli Masyarakat Turun Tajam?

Halo sobat wirausaha!
Setelah euforia Lebaran yang penuh harapan, siapa sangka malah banyak pelaku usaha yang harus gigit jari? Bukannya omzet naik, malah justru banyak yang mengeluh pembeli makin jarang mampir. Di beberapa kota di Jawa Barat seperti Bandung, Cirebon, sampai Garut, mulai terlihat gejala: toko-toko kecil tutup, warung sepi, bahkan pedagang kaki lima pada curhat kalau dagangan mereka “jalan di tempat”.

Nah, sebenarnya apa sih yang bikin usaha tiba-tiba lesu padahal biasanya Lebaran jadi momen panen rezeki?


1. Biaya Hidup Naik, Masyarakat Jadi Hemat Ekstra

Salah satu penyebab utama adalah naiknya biaya hidup. Pasca Lebaran 2025, harga kebutuhan pokok belum juga turun, bahkan BBM dan tarif transportasi malah naik sejak awal tahun. Banyak keluarga yang kehabisan “tabungan” karena biaya mudik yang melonjak hingga 30% dari tahun sebelumnya.
Jadi, setelah balik ke rutinitas, mereka terpaksa rem pengeluaran—yang penting makan cukup dan bayar tagihan. Belanja baju baru, nongkrong di kafe, beli camilan favorit? Jadi prioritas kesekian.

“Saya jualan ayam geprek di sekitar kampus Bandung, biasanya habis Lebaran ramai. Tapi sekarang sepi banget, karena anak-anak kos juga lagi irit,” — Asep, pedagang kaki lima di Bandung.


2. Ancaman PHK & Penghasilan Tak Menentu

Sepanjang tahun 2024 hingga awal 2025, ribuan pekerja terkena PHK. Menurut data Kemenaker, ada lebih dari 77 ribu kasus PHK di 2024 dan disusul sekitar 4 ribu lebih pada awal tahun ini. Banyak orang kehilangan penghasilan tetap, sementara kebutuhan terus berjalan.
Mereka yang masih bekerja pun cenderung menahan belanja karena takut nasib serupa menghampiri.


3. Gaya Belanja Berubah: Dari Toko Fisik ke Toko Online

Kebiasaan belanja juga mulai bergeser. Masyarakat sekarang lebih suka cari promo online, belanja lewat marketplace, dan pilih bayar nanti. Akibatnya, toko konvensional—terutama yang belum go digital—jadi kalah saing.

“Saya punya toko pakaian di pasar tradisional. Sekarang jarang ada yang mampir, orang lebih suka scroll HP, belanja online. Barang saya nganggur,” — Bu Retno, pemilik toko baju di Cirebon.


4. Efek Domino dari Pemerintah & Dunia Usaha

Tahun ini, pemerintah pusat dan daerah sedang ketat mengatur anggaran. Belanja barang dan jasa dari pemerintah pun berkurang, termasuk paket sembako, THR karyawan, hingga program bantuan UMKM yang sempat rutin di masa pandemi.
Perusahaan besar juga mulai menahan produksi karena permintaan pasar yang menurun, dan ini berdampak langsung ke para supplier kecil.


5. Studi Kasus: Bandung, Kota Kreatif yang Ikut Lesu

Kota Bandung dikenal sebagai surganya UMKM—kuliner, fesyen, hingga kerajinan tangan. Tapi beberapa bulan ini, geliat usaha di sana agak meredup. Berdasarkan laporan IDN Times Jabar, penurunan daya beli masyarakat Bandung sudah terasa sejak pertengahan 2024, dan terus memburuk sampai pasca Lebaran 2025.

Banyak pelaku usaha yang akhirnya:

  • Mengurangi jam operasional
  • Memangkas pegawai
  • Tutup toko offline dan pindah ke model pre-order online

Lalu, Apa yang Bisa Dilakukan Pelaku Usaha?

Meski kondisi sulit, bukan berarti nggak bisa diakali. Beberapa strategi yang bisa diterapkan antara lain:

  • Pahami pola belanja baru: Coba gabung ke e-commerce, manfaatkan media sosial buat promosi.
  • Kurangi stok barang berisiko: Fokus ke produk-produk yang cepat laku dan esensial.
  • Kolaborasi dengan usaha lain: Misal, bundling produk makanan dengan minuman dari pedagang sebelah.
  • Kreatif dengan diskon: Bukan banting harga, tapi kasih promo unik yang tetap menguntungkan.

Harus Adaptif, Bukan Menyerah

Pasca Lebaran 2025 ini memang bukan masa yang mudah. Tapi dengan memahami penyebab turunnya daya beli dan kondisi lapangan, kita bisa menyusun ulang strategi. Ingat, pasar selalu berubah—dan yang bertahan bukan yang paling kuat, tapi yang paling cepat beradaptasi.

Kalau kamu juga merasakan usaha mulai lesu, coba deh evaluasi ulang caramu jualan. Siapa tahu, dengan pendekatan baru, usahamu bisa bangkit lagi!


Kalau kamu punya pengalaman serupa atau ide strategi yang ingin dibagikan, tulis di kolom komentar ya. Semangat terus, pejuang UMKM!


Posting Komentar